Lelaki Paruhbaya
Di sebuah desa, hidup seorang lelaki paruhbaya yang hidup di
sebuah rumah kumuh yang hampir ambruk. Dia mempunya perwakan yang kurus dan
pendek. Dia biasa hidup dengan menjadi seorang pemulung yang menyusuri kota dan
memungut sampah di pinggir jalan, tepi sungai, dan di tempat sampah depan rumah
masyarakat. Dia bekerja dari pagi sehabis subuh dan dia pulang ketika maghrib
akan datang.
Dia hanya hidup bersama anak laki-laki yang masih menginjak
umur 11 tahun. Istrinya meninggalkan dia karena hidupnya tidak makmur dan penuh
dengan kemiskinan. Mereka menikah ketika lelaki paruhbaya itu berumur 26 tahun.
Namun, lelaki paruhbaya itu tidak mempunyai pekerjaan yang menentu. Dulu,
lelaki paruhbaya itu bekerja menjadi pengamen, kemudian menjadi kuli bangunan,
setelah itu ganti pekerjaan menjadi supir truk pengangkut pasir. Lelaki
paruhbaya itu juga pernah menjadi seorang pekerja pabrik, namun dia tidak
sanggup bekerja seperti itu.
Lelaki paruhbaya itu hanya bisa mencukupi kebutuhan makan dia
dan anaknya sehari-hari. Dia terus bekerja keras setiap hari siang malam tanpa
mengenal lelah. Dia terus berusaha tanpa mengenal lelah karena dia memiliki
tanggung jawab menyekolahkan anaknya untuk memperoleh pendidikan yang layak.
Penghasilan menjadi pemulung memang tidak seberapa, namun lelaki paruhbaya itu
tetap bisa mencukupi kehidupannya sehari-hari.
Suatu hari, anak laki-lakinya meminta untuk sekolah seperti
teman-teman sebayanya.
"Ayah,
aku ingin sekolah seperti teman-temanku," pinta anak lelaki itu
Ayahnya pun menjawab, "Nak, Ayah tidak mempunyai cukup
uang. Kita ini tidak seperti orang lain yang hidup serba mewah. Kita ini tidak
punya apa-apa di dunia ini. Maafkan Ayahmu ini nak."
Lelaki paruhbaya itu mempunyai pemikiran untuk menghasilkan
uang yang cukup untuk menyekolahkan anak laki-lakinya.
Lelaki paruhbaya itu mulai mencari pekerjaan dengan menjadi
seorang buruh tani. Dia mengerjakan sawah serta ladang tetangganya sendiri. Dia
bekerja di sawah dari pagi hingga maghrib menjelang, namun pekerjaan itu
terlalu berat untuknya. Lelaki paruhbaya itu kemudian mencari pekerjaan yang
lain.
Dia berusaha untuk mencari pekerjaan lainnya. Dia hanya bisa
bertahan 3 hari bekerja sebagai buruh tani. Dia menyusuri jalan raya sambil
mencari informasi tentang lowongan pekerjaan. Suatu hari, lelaki paruhbaya itu
bertanya kepada seorang penjual roti di pinggir jalan raya.
"Selamat
siang, apakah Anda mengetahui informasi tentang lowongan pekerjaan di daerah
sekitar sini?" tanya lelaki paruhbaya itu.
Kemudian si
penjual roti menjawab, "Aku tidak tahu tentang hal tersebut."
"Oh, ya
sudah. Terimakasih," jawaban lekali paruhbaya.
Lelaki paruhbaya itu kemudian kenbali melanjutkan
perjalanannya. Dia tak mengenal lelah. Saat itu, jam sudah menunjukkan pukul 3
sore. Lelaki paruhbaya itu kemudian berhenti di sebuah masjid untuk
melaksanakan sholat Ashar.
Dia sholat dengan kusyu' dan berdoa segera mendapatkan rezeki
agar bisa mendapatkan nafkah untuk menghidupi keluarga kecilnya.
Dia berdoa, "Ya Allah, engkaulah yang maha memberi
rezeki. Hanya kepada engkaulah aku bersujud dan meminta pertolongan. Ya Allah,
kasihanilah kami. Kami tidak mampu melakukan apapun tanpa pertolongan-Mu."
Setelah selesai sembahyang dan berdoa, lelaki paruhbaya itu
melanjutkan mencari lowongan pekerjaan. Tanpa dia ketahui, sebenarnya ada
sebuah lowongan pekerjaan yang tertulis di papan pengumuman masjid. Dia
terburu-buru menuju pulang ke rumah karena dia belum memberikan makan anaknya
yang sedang menantinya di rumah.
Ketika lelaki paruhbaya itu sampai di rumah, anaknya sedang
bermain pasir di luar rumahnya.
Anaknya
berkata, "Ayah, kenapa Ayah lama sekali. Aku sudah menunggu ayah dari
tadi. Memangnya Ayah darimana?"
Ayah pun
menjawab, "Ayah barusaja mencari pekerjaan, nak. Ayah sampai sekarang
belum mendapatkan pekerjaan."
Anaknya berkata,
"Apakah Ayah haus ? Aku punya es teh di dapur. Ayah boleh meminumnya, aku
sudah tidak haus."
Ayahnya
berkata, "Iya, nak. Nanti Ayah minum. Apakah kamu tidak lapar, nak?"
Anaknya
menjawab, "Tidak Yah, tadi aku sudah makan di rumah temanku. Tadi aku
makan nasi tumpeng berramai-ramai karena Ibu temanku mengadakan syukuran."
Ayahnya
berkata, "Oh, ya sudah kalau begitu. Nanti Ayah akan makan singkong rebus
saja."
Lelaki paruhbaya itu hanya bisa mengelus dada merenungi
nasibnya. Dia kemudian istirahat melepas penatnya. Dia tidur di kasur yang
tidak layak pakai. Dia tidur bersama anaknya di kasur yang sempit. Anaknya
tidak meributkan hal itu karena dia sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu.
Pagi pun sudah tiba. Mereka bedua melaksanakan sholat Subuh
di samping tempat tidurnya. Ayahnya pun selesai melaksanakan sholat Subuh.
Namun, anak lelakaki paruhbaya itu masih di tempat sholatnya. Di dalam hatinya,
dia berdoa dengan segenap hatinya
"Ya
Allah, lancarkanlah rezeki ayahku. Dialah yang merawatku ketika aku masih kecil
hingga saat ini. Ayahku adalah orang yang paling baik di dunia ini. Kenapa
Engkau tidak memberinya rezeki yang banyak untuk Ayahku?" doa anak lelaki paruhbaya itu.
Ayahnya pun mulai menasak untuk mengganjal perut mereka. Dia
hanya bisa menanak nasi dan menggunakan garam sebagai lauknya. Memang, makanan
itu tidak enak untuk dimakan, namun mereka berdua hanya bisa makan itu saja.
Setelah mereka selesai makan, lelaki paruhbaya itu menjutkan perjalanannya
untuk mencari pekerjaan. Ayahnya pun berpamitan pada anaknya.
"Nak,
Ayah mau pergi mencari kerja. Kamu hati-hati di rumah ya. Jika mau main, kunci
pintunya terlebih dahulu ya Nak!" pinta Ayahnya.
"Iya
Yah, nanti aku kunci," jawab si anak.
Lelaki paruhbaya itu kemudian pergi meninggalkan rumahnya.
Dia melanjutkan untuk mencari pekerjaan. Dia kembali menyusuri jalan. Lelaki
paruhbaya itu kemudian membaca lowongan pekerjaan di tembok rumah seseorang.
Namun, syarat-syarat masuk pekerjaan tersebut tidak mampu dipenuhi olehnya.
Saat itu, lelaki paruhbaya itu menemukan sebuah dompet yang
berisikan banyak uang dan surat-surat penting. Dia kemudian membukanya dan
melihat apa isi dari dompet tersebut. Setelah dia melihat isinya, dia sangat
kaget.
"Dompet
milik siapa ini? Aku tidak mengenalnya,"
gumamnya sambil membaca KTP di dalam dompet tersebut.
Lelaki paruhbaya itu kemudian mencari alamat pemilik dari
dompet tersebut. Dia kemudian terus meyusuri jalan. Dia berjalan menuju alamat
tesebut kurang lebih sejauh 2 kilometer. Perjalanan tersebut ditempuh oleh
lelaki paruhbaya itu sekitar 1 jam.
Ketika dia sampai di alamat yang tertera di KTP, dia sangat
terkejut. Dia sampai di sebuah rumah yang besar dan mewah. Dia kemudian menuju
ke gerbang rumah mewah tersebut. Disana, terdapat satpam yang menjaga rumah
tersebut. Dia kemudian bertanya kepada satpam tersebut.
"Pak,
apakah ini rumah Bapak Andy?" tanya si lelaki.
"Iya,
benar. Ada perihal apa bapak kemari?" tanya si satpam.
"Ini
pak, saya menemukan dompetnya Bapak Andy." jawab si lelaki sambil
menyodorkan dompet kepada satpam.
"Oh,
silahkan masuk pak!", kata satpam
Ketika satpam mempersilahkan dia untuk masuk, lelaki
paruhbaya itu kemudian masuk ke rumah mewah itu. Dia kemudian bertemu dengan
Bapak Andy.
"Bapak,
ada perihal apa datang kemari?", tanya Bapak Andy.
"Ini
tuan, saya menemukan dompet tuan di jalan dekat warung soto.", jawabnya.
"Oh
iya, dompet ini milik saya," kata Bapak Andy.
"Ini
tuan," kata lelaki paruhbaya itu.
"Terimakasih
ya pak," kata Bapak Andy.
Kemudian lelaki paruhbaya itu memberikan dompet milik Bapak
Andy. Dia kemudian bergegas keluar dari rumah Bapak Andy. Namun, ketika dia
bergegas keluar, Bapak Andy memanggil lelaki paruhbaya itu.
"Pak,
ini ada imbalan untuk bapak," kata Bapak Andy sambil menyodorkan uang
tersebut.
"Tidak
tuan, terimakasih," jawab si lelaki paruhbaya.
"Terus,
hal apa yang dapat aku lakukan untuk membalas kebaikan dan kejujuranmu
itu?" tanya Bapak Andy.
"Saya
hanya ingin pekerjaan yang menetap, tuan," jawabnya.
"Oh
tepat. Saya sedang membutuhkan supir. Apakah bapak bisa mengemudikan
mobil?" kata Bapak Andy
"Bisa,
tuan. Saya bisa mengemudikan mobi," jawab si lelaki
"Ya
sudah, bapak bisa bekerja disini mulai sekarang," kata Bapak Andy.
"Terimakasih,
tuan. Saya akan mulai bekerja hari ini," katanya.
Pada hari itu, dia mulai bekerja mengemudikan mobil. Lelaki
paruhbaya itu sekarang menjadi supir pribadinya Bapak Andy. Dia sangat bahagia
bisa mendapatkan pekerjaan yang tetap. Sekarang dia bisa mengumpulkan uang
untuk memenuhi permintaan anak laki-lakinya.
Pada akhirnya, lelaki paruhbaya itu bisa menyekolahkan anak
satu-satunya di sekolah dasar. Mereka berdua hidup dengan bahagia tanpa
kekurangan.