Sunday, February 28, 2016

Cerita Pendek



Lelaki Paruhbaya

Di sebuah desa, hidup seorang lelaki paruhbaya yang hidup di sebuah rumah kumuh yang hampir ambruk. Dia mempunya perwakan yang kurus dan pendek. Dia biasa hidup dengan menjadi seorang pemulung yang menyusuri kota dan memungut sampah di pinggir jalan, tepi sungai, dan di tempat sampah depan rumah masyarakat. Dia bekerja dari pagi sehabis subuh dan dia pulang ketika maghrib akan datang.
Dia hanya hidup bersama anak laki-laki yang masih menginjak umur 11 tahun. Istrinya meninggalkan dia karena hidupnya tidak makmur dan penuh dengan kemiskinan. Mereka menikah ketika lelaki paruhbaya itu berumur 26 tahun. Namun, lelaki paruhbaya itu tidak mempunyai pekerjaan yang menentu. Dulu, lelaki paruhbaya itu bekerja menjadi pengamen, kemudian menjadi kuli bangunan, setelah itu ganti pekerjaan menjadi supir truk pengangkut pasir. Lelaki paruhbaya itu juga pernah menjadi seorang pekerja pabrik, namun dia tidak sanggup bekerja seperti itu.
Lelaki paruhbaya itu hanya bisa mencukupi kebutuhan makan dia dan anaknya sehari-hari. Dia terus bekerja keras setiap hari siang malam tanpa mengenal lelah. Dia terus berusaha tanpa mengenal lelah karena dia memiliki tanggung jawab menyekolahkan anaknya untuk memperoleh pendidikan yang layak. Penghasilan menjadi pemulung memang tidak seberapa, namun lelaki paruhbaya itu tetap bisa mencukupi kehidupannya sehari-hari.
Suatu hari, anak laki-lakinya meminta untuk sekolah seperti teman-teman sebayanya.
"Ayah, aku ingin sekolah seperti teman-temanku," pinta anak lelaki itu
Ayahnya pun menjawab, "Nak, Ayah tidak mempunyai cukup uang. Kita ini tidak seperti orang lain yang hidup serba mewah. Kita ini tidak punya apa-apa di dunia ini. Maafkan Ayahmu ini nak."
Lelaki paruhbaya itu mempunyai pemikiran untuk menghasilkan uang yang cukup untuk menyekolahkan anak laki-lakinya.
Lelaki paruhbaya itu mulai mencari pekerjaan dengan menjadi seorang buruh tani. Dia mengerjakan sawah serta ladang tetangganya sendiri. Dia bekerja di sawah dari pagi hingga maghrib menjelang, namun pekerjaan itu terlalu berat untuknya. Lelaki paruhbaya itu kemudian mencari pekerjaan yang lain.
Dia berusaha untuk mencari pekerjaan lainnya. Dia hanya bisa bertahan 3 hari bekerja sebagai buruh tani. Dia menyusuri jalan raya sambil mencari informasi tentang lowongan pekerjaan. Suatu hari, lelaki paruhbaya itu bertanya kepada seorang penjual roti di pinggir jalan raya.
"Selamat siang, apakah Anda mengetahui informasi tentang lowongan pekerjaan di daerah sekitar sini?" tanya lelaki paruhbaya itu.
Kemudian si penjual roti menjawab, "Aku tidak tahu tentang hal tersebut."
"Oh, ya sudah. Terimakasih," jawaban lekali paruhbaya.
Lelaki paruhbaya itu kemudian kenbali melanjutkan perjalanannya. Dia tak mengenal lelah. Saat itu, jam sudah menunjukkan pukul 3 sore. Lelaki paruhbaya itu kemudian berhenti di sebuah masjid untuk melaksanakan sholat Ashar.
Dia sholat dengan kusyu' dan berdoa segera mendapatkan rezeki agar bisa mendapatkan nafkah untuk menghidupi keluarga kecilnya.
Dia berdoa, "Ya Allah, engkaulah yang maha memberi rezeki. Hanya kepada engkaulah aku bersujud dan meminta pertolongan. Ya Allah, kasihanilah kami. Kami tidak mampu melakukan apapun tanpa pertolongan-Mu."
Setelah selesai sembahyang dan berdoa, lelaki paruhbaya itu melanjutkan mencari lowongan pekerjaan. Tanpa dia ketahui, sebenarnya ada sebuah lowongan pekerjaan yang tertulis di papan pengumuman masjid. Dia terburu-buru menuju pulang ke rumah karena dia belum memberikan makan anaknya yang sedang menantinya di rumah.
Ketika lelaki paruhbaya itu sampai di rumah, anaknya sedang bermain pasir di luar rumahnya.
Anaknya berkata, "Ayah, kenapa Ayah lama sekali. Aku sudah menunggu ayah dari tadi. Memangnya Ayah darimana?"
Ayah pun menjawab, "Ayah barusaja mencari pekerjaan, nak. Ayah sampai sekarang belum mendapatkan pekerjaan."
Anaknya berkata, "Apakah Ayah haus ? Aku punya es teh di dapur. Ayah boleh meminumnya, aku sudah tidak haus."
Ayahnya berkata, "Iya, nak. Nanti Ayah minum. Apakah kamu tidak lapar, nak?"
Anaknya menjawab, "Tidak Yah, tadi aku sudah makan di rumah temanku. Tadi aku makan nasi tumpeng berramai-ramai karena Ibu temanku mengadakan syukuran."
Ayahnya berkata, "Oh, ya sudah kalau begitu. Nanti Ayah akan makan singkong rebus saja."
Lelaki paruhbaya itu hanya bisa mengelus dada merenungi nasibnya. Dia kemudian istirahat melepas penatnya. Dia tidur di kasur yang tidak layak pakai. Dia tidur bersama anaknya di kasur yang sempit. Anaknya tidak meributkan hal itu karena dia sudah terbiasa dengan keadaan seperti itu.
Pagi pun sudah tiba. Mereka bedua melaksanakan sholat Subuh di samping tempat tidurnya. Ayahnya pun selesai melaksanakan sholat Subuh. Namun, anak lelakaki paruhbaya itu masih di tempat sholatnya. Di dalam hatinya, dia berdoa dengan segenap hatinya
"Ya Allah, lancarkanlah rezeki ayahku. Dialah yang merawatku ketika aku masih kecil hingga saat ini. Ayahku adalah orang yang paling baik di dunia ini. Kenapa Engkau tidak memberinya rezeki yang banyak untuk Ayahku?"  doa anak lelaki paruhbaya itu.
Ayahnya pun mulai menasak untuk mengganjal perut mereka. Dia hanya bisa menanak nasi dan menggunakan garam sebagai lauknya. Memang, makanan itu tidak enak untuk dimakan, namun mereka berdua hanya bisa makan itu saja. Setelah mereka selesai makan, lelaki paruhbaya itu menjutkan perjalanannya untuk mencari pekerjaan. Ayahnya pun berpamitan pada anaknya.
"Nak, Ayah mau pergi mencari kerja. Kamu hati-hati di rumah ya. Jika mau main, kunci pintunya terlebih dahulu ya Nak!" pinta Ayahnya.
"Iya Yah, nanti aku kunci," jawab si anak.
Lelaki paruhbaya itu kemudian pergi meninggalkan rumahnya. Dia melanjutkan untuk mencari pekerjaan. Dia kembali menyusuri jalan. Lelaki paruhbaya itu kemudian membaca lowongan pekerjaan di tembok rumah seseorang. Namun, syarat-syarat masuk pekerjaan tersebut tidak mampu dipenuhi olehnya.
Saat itu, lelaki paruhbaya itu menemukan sebuah dompet yang berisikan banyak uang dan surat-surat penting. Dia kemudian membukanya dan melihat apa isi dari dompet tersebut. Setelah dia melihat isinya, dia sangat kaget.
"Dompet milik siapa ini? Aku tidak mengenalnya,"  gumamnya sambil membaca KTP di dalam dompet tersebut.
Lelaki paruhbaya itu kemudian mencari alamat pemilik dari dompet tersebut. Dia kemudian terus meyusuri jalan. Dia berjalan menuju alamat tesebut kurang lebih sejauh 2 kilometer. Perjalanan tersebut ditempuh oleh lelaki paruhbaya itu sekitar 1 jam.
Ketika dia sampai di alamat yang tertera di KTP, dia sangat terkejut. Dia sampai di sebuah rumah yang besar dan mewah. Dia kemudian menuju ke gerbang rumah mewah tersebut. Disana, terdapat satpam yang menjaga rumah tersebut. Dia kemudian bertanya kepada satpam tersebut.
"Pak, apakah ini rumah Bapak Andy?" tanya si lelaki.
"Iya, benar. Ada perihal apa bapak kemari?" tanya si satpam.
"Ini pak, saya menemukan dompetnya Bapak Andy." jawab si lelaki sambil menyodorkan dompet kepada satpam.
"Oh, silahkan masuk pak!", kata satpam
Ketika satpam mempersilahkan dia untuk masuk, lelaki paruhbaya itu kemudian masuk ke rumah mewah itu. Dia kemudian bertemu dengan Bapak Andy.
"Bapak, ada perihal apa datang kemari?", tanya Bapak Andy.
"Ini tuan, saya menemukan dompet tuan di jalan dekat warung soto.", jawabnya.
"Oh iya, dompet ini milik saya," kata Bapak Andy.
"Ini tuan," kata lelaki paruhbaya itu.
"Terimakasih ya pak," kata Bapak Andy.
Kemudian lelaki paruhbaya itu memberikan dompet milik Bapak Andy. Dia kemudian bergegas keluar dari rumah Bapak Andy. Namun, ketika dia bergegas keluar, Bapak Andy memanggil lelaki paruhbaya itu.
"Pak, ini ada imbalan untuk bapak," kata Bapak Andy sambil menyodorkan uang tersebut.
"Tidak tuan, terimakasih," jawab si lelaki paruhbaya.
"Terus, hal apa yang dapat aku lakukan untuk membalas kebaikan dan kejujuranmu itu?" tanya Bapak Andy.
"Saya hanya ingin pekerjaan yang menetap, tuan," jawabnya.
"Oh tepat. Saya sedang membutuhkan supir. Apakah bapak bisa mengemudikan mobil?" kata Bapak Andy
"Bisa, tuan. Saya bisa mengemudikan mobi," jawab si lelaki
"Ya sudah, bapak bisa bekerja disini mulai sekarang," kata Bapak Andy.
"Terimakasih, tuan. Saya akan mulai bekerja hari ini," katanya.
Pada hari itu, dia mulai bekerja mengemudikan mobil. Lelaki paruhbaya itu sekarang menjadi supir pribadinya Bapak Andy. Dia sangat bahagia bisa mendapatkan pekerjaan yang tetap. Sekarang dia bisa mengumpulkan uang untuk memenuhi permintaan anak laki-lakinya.
Pada akhirnya, lelaki paruhbaya itu bisa menyekolahkan anak satu-satunya di sekolah dasar. Mereka berdua hidup dengan bahagia tanpa kekurangan.

2 comments:

  1. Ya, terima kasih. Ceritanya lumayan. Sebelum mengunggah ke blog, mestinya dibaca berkali-kali, dicek ada kesalahan atau tidak. Penulisan kata sapaan perlu dicek kembali. Bahkan, pada bagian awal saja sudah terjadi kesalahan -->Dia mempunya perwakan

    ReplyDelete
  2. According to Stanford Medical, It is indeed the SINGLE reason this country's women get to live 10 years longer and weigh an average of 42 pounds less than us.

    (And actually, it has absoloutely NOTHING to do with genetics or some secret-exercise and absolutely EVERYTHING to "how" they are eating.)

    BTW, I said "HOW", and not "what"...

    Tap this link to find out if this brief quiz can help you unlock your true weight loss possibility

    ReplyDelete